Ketidakjujuran
telah menjadi masalah yang kronis dan sistemis melanda bangsa kita, bahkan
telah meracuni dunia anak-anak yang akan menjadi generasi penerus bangsa kita.
Ketidakjujuran tentu akan merusak karakter anak bangsa yang seharusnya berjiwa
pancasila dan tanah air.
Bukan
hanya itu, ketidakjujuran juga sering muncul dalam lingkup pendidikan jaman
sekarang yang dilakukan murid ataupun pihak yang bersangkutan. Salah satu
ketidakjujuran yang sering dilakukan namun tidak kita sadari adalah
mencontek, mencontek seakan-akan telah
menjadi tradisi didunia pendidikan indonesia. Semua ini terjadi hanya
karena kurangnya kesadaran dan karakter
atau sifat watak anak bangsa yang bertanggung jawab. Karakter atau watak itu
harus ditimbulkan dengan memberikan pendidikan kepada anak sedini mungkin.
Namun nyatanya pendidikan di indonesia masih lah mengalami penyebaran yang
tidak merata. Hal ini sangatlah berat jika dibandingkan dengan harapan atau
amanah bangsa yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang artinya seluruh
warga negara Indonesia harus mendapat akses yang memadai terhadap pendidikan
nasional. Namun tujuan pendidikan nasional yang sangat mulia tersebut dalam praktik di lapangan tidak
lain hanya
seperti pemanis bibir
semata, hasil pendidikan nasional ini jauh dari harapan tujuan pendidikan
nasional
jika dipandang dari karakter anak jaman sekarang yang sering tawuran atau
melakukan hal yang tidak senonoh.
Ketidakprefesionalan
pendidik juga sangat berpengaruh terhadap karakter yang di didik. Bahkan
didaerah tertentu terdapat instansi yang kekurangan pendidik, sehingga
mengharuskan instansi tersebut memperkerjakan pendidik yang tidak semestinya
pada profesinya. Dan juga pendidik atau guru yang ada, kebanyakannya telah
berumur lanjutan, yang artinya masa kerjanya sampai mencapai pensiun tidaklah
lama, maka perlulah pendidik muda yang handal dan sesuai dengan profesinya
untuk dapat membentuk karakter anak bangsa yang bertanggung jawab dan memiliki
kesadaran yang tinggi.
Namun semua ini bukanlah
kesalahan pemerintahan semata, karena mewujudkan sebuah keberhasilan pendidikan
karakter di Indonesia memang tidak mudah, sehingga dibutuhkan kerja keras dan
komitmen yang tinggi serta kerjasama dari berbagai elemen bangsa. Fungsi kita
sebagai mahasiswa adalah menjadi agen perubahan dan control sosial sangat
diperlukan dalam hal ini, sehingga mahasiswa tidak hanya memberikan kritik dan
wacana semata, namun juga harus dapat bertindak dan berkontribusi secara nyata
di masyarakat dalam upaya pendidikan karakter di Indonesia dan diharapkan
dengan cara-cara tersebut seperti adanya Gerakan
Ayo Mengajar yang membantu instansi-instansi kekurangan pendidik sekaligus
melatih pendidik muda dari kalangan mahasiswa untuk kelak menjadi pendidik yang
handal. Semua ini tidak luput dari tujuan pendidikan nasional yang berwawasan
karakter kebangsaan sehingga dapat terwujud dan hasilnya dapat dirasakan oleh
seluruh rakyat Indonesia.
by Adam Buchori - UIN Jakarta
by Adam Buchori - UIN Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar